Senin, 21 November 2011

KEBUDAYAAN INDONESIA

      Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.[1]

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

Rumah gadang, rumah adat sumatera barat

[sunting] Tarian

Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat

Lagu

Musik

[sunting] Alat musik

Gamelan

Gambar

Patung

Pakaian

Suara

  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
  • Gorontalo: (Dikili)

[sunting] Sastra/tulisan

Makanan

Kebudayaan Modern Khas Indonesia

GLOBAL WARMING

         Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.


 

SEJARAH SMAN 1 RAJAGALUH

             Pada awalnya SMAN 1 Rajagaluh merupakan kelas jauh dari SMAN 1 Majalengka, kegiatan belajar mengajar pada waktu itu pada tahun 1984 dilaksanakan di SMPN 1 Rajagaluh.
Sebagai pimpinan pada waktu itu adalah Bapak Abdul Hamid arif, B.A.. Bangunan sekolah pertama pada waktu itu satu lokal gedung kantor, satu lokal gedung laboratorium, dan lima lokal gedung belajar. Pendirian kantor dengan SK Bupati no: 190/A/SK/SDI/1983, tanggal 15 Februari 1983, sedangkan tanah untuk bangunan seluas 15.000 m2 dengan SK Gubernur No. 593/SK 5.11-Pem-Des/1984, tanggal 15 Maret 1984, secara resmi SMAN 1 Rajagaluh didirikan tanggal 9 November 1983 dengan SK pendirian No. D473/0/1983, untuk selanjurnya SMAN 1 Rajagaluh dipimpin oleh:
Drs. M. Djaja Kardja – Majalengka
Drs. Soetardi Hadi Armojo – Cirebon
Drs. Suhana Sukma – Majalengka
Drs. H. Kastoni (pymt) – Kandep
Drs. Amin Wijaya – Bandung
Drs. Isa Ansori Mutaqien – Bandung
Drs. Ari Otara – Cirebon
Drs. H.A. Wahab Sudinata, MM.MH. – Majalengka
 

Asal-Usul Desa Panjalin kidul


Panjalin - alam ku
          Pada pertengahan abad ke XVIII sultan Mataram mengirimkan utusan sebanyak 40 orang untuk menghadap Pangeran Bonang yg menguasai Wilayah Majalengka bagian Barat Sungai Cimanuk, utusan tersebut di tugas untuk Menagih Upeti kepada Pangeran Bonang.
         Sebelum mengadap pangeran Bonang, sesampainya mereka di Randegan yg terletak di Kecamatan Jatitujuh Bertemu dgn Ki Patih Ambeng yg juga akan menagih Upeti kepada Pangeran Bonang.
Di Randegan ini terjadi Suatu Dialog antara Rombongan dgn Ki Patih Ambeng, Bahwa sebelum mereka Menghadap Pangeran Bonang Rombongan Harus Mengalahkan Ki Patih Ambeng.
Sehingga terjadi semacam Pertempuran antara Rombongan dgn Ki Patih Ambeng. Dimana ki Patih Ambeng menyelam ke dalam Sungai Cimanuk dan dari dalam sungai muncul lah Buaya_buaya yg Besar & Bermulut lebar siap untuk Berperang dgn Utusan Mataram Tersebut.  
       Akhirnya mereka berhenti berperang & mereka tidak jadi untk menghadap Pangeran Bonang. Dan tempat kejadian Tersebut dikenal dgn Nama "CIBOGOR" yg berarti Diam,
yg mana tempat tersebut terletak di Kec Jatitujuh. Untuk menyelamat kan diri mereka masing2 mencari suatu daerah yg Aman.
       Di antara mereka ada yg menetap di Hutan Rotan di tepi Sungai Ciwaringin & di tempat ini lah Mendapat Jodoh Penduduk asli, & dari pernikahan tersebut mempunyai Anak yg Bernama "SARINI"
Sarini ini kemudian terkenal dgn sebutan BUYUT SARINI yg merupakan salah seorang yg berjasa dalam membuka Hutan yg sekarang Menjadi Desa PANJALIN.
Menurut Cerita bahwa di Daerah Pager Gunung terdapat sebuah Pesantren yg terletak di sebelah Selatan Leuwimunding / Leuwikujang, Pesantren ini dipimpin oleh seorang Ulama yg terkenal dgn Sebutan Buyut Depok.
      Diantara santri nya terdapat seorang putra Ki Gede Talaga yg bernama Tuan Riana & sekaligus dipungut Mantu oleh Pimpinan Pesantren tersebut.
Dari Pernikahan Tuan Riana dgn Putri Ulama tersebut mempunyai anak yg bernama BANJAR.
Salah seorang Santri yg lain bernama SANATA, Teman Tuan Riana Putra yaituh berasal dari Leuwimunding adalah Putra dari Demang Centeng merupakan teman dekat dari Si Banjar.
Setelah Dewasa disuruh Guru nya (tuan Riana) untuk bertapa sambil menghanyutkan diri di sungai Ciwaringin, dan bila bertemu dgn seorang wanita, maka wanita tersebut adalah Jodohnya.
Dan kemudian dikerjakan perintah Guru nya, sehingga pada suatu tempat di Hutan Rotan tepi sungai Ciwaringin bertemu dgn seorang wanita yg Bernama SARINI.
Maka mulailah Penebangan Hutan Rotan oleh Sanata yg Akhirnya terkenal dgn sebutan BUYUT SANATA, Karena mengalami berbagai Rintangan, maka Buyut Sanata minta Bantuan teman dekatnya yaituh si Banjar yg kemudian terkenal dgn sebutan BUYUT BANJAR.
Ke Tiga orang inilah yg berjasa dalam Pendirian Desa Panjalin.
Mereka bertiga Membabat Hutan dgn Cara membakar Hutan Rotan.
Dan Hutan Rotan yg terbakar inilah menentukan Batas batas Desa Panjalin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh tokoh Sendiri desa Panjalin adalah:
1. Buyut Sarini
2. Buyut Sanata
3. Buyut Banjar
Penduduk Desa Panjalin Sekarang adalah Keturunan dari ketiga Tokoh tersebut diatas.
Sejak Tahun 1982, Agar Pembangunan dapat Berjalan Lancar dan Memudahkan pengelolaan nya, Maka Desa Panjalin dibagi Menjadi Dua Yaituh:
Panjalin Kidul & Panjalin Lor.

PANJALIN KIDUL saat ini di kepalai Oleh:
Bpk. DUDUNG A. YASIN

PANJALIN LOR
saat ini di kepalai Oleh: Bpk. Samaun

Seperti telah dikemukakan pada bagian atas, bahwa penduduk Desa Panjalin sekarang Ini adalah keturunan dari:
Buyut Sarini, Buyut Sanata & Buyut Banjar.
Demikian juga Hal nya dgn
Bapak H. ABDURRAHIM
adalah Keturunan dari Buyut Hanis Yg kemudian mempunyai Anak Buyut Arisem & dari Buyut Arisem inilah Asal Mula
Bapak H. ABDURRAHIM
Tetapi entah Generasi ke Berapa
Bapak H. Abdurrahim
ini dari Buyut Hanis,
hingga kini belum diperoleh keterangan yg Jelas.
        Nama kecil Bapak H. Abdurrahim adalah Kadmirah, atau kadang2 disebut juga dgn Nama Sayid.
Sebutan Haji diperoleh setelah Beliau Menunaikan Rukun Islam yg Ke Lima,
tetapi pada usia berapa Tahun dan Tahun Berapa Beliau menunaikan Ibadah Haji belum diketahui.
Menurut keterangan yang di kumpulkan oleh Penulis Asli Buku silsilah Keluarga Besar H. Abdurrahim, Bahwa H. Abdurrahim sampai akhir hayatnya mempunyai Istri / Menikah dgn 3 orang Perempuan.
Beliau Meninggal Dunia lebih dahulu Dari istri yg Terakhir yaituh Ibu Aminah.
Orang anak,
5 Putra & 3 Putri.
Yg mana Ibu Aminah ini disebut Juga dgn sebutan Ibu Narsih.
Adapun Pernikahan dgn Istri yg Pertama Bapak H. Abdurrahim Mempunyai anak 2 Orang.
Dari Pernikahan Istri yg kedua bapak H. Abdurrahim Mempunyai Anak 1 orang.
Sedangkan Istri yang terakhir adalah Ibu Narsih, dimana dari Istri inilah Bapak H. Abdurrahim mempunyai 8 Dan dari 11 orang Anak i...Asal Mula Keluarga Besar
H. Abdurrahim
Desa Panjalin
Kecamatan Sumberjaya
Kabupaten Majalengka
Jawa Barat nilah asal usul
Desa Panjalin
Kecamatan Sumberjaya
Kabupaten Majalengka
Jawa Barat.